Posted by
Unknown
|
0
comments
Manusia-Manusia Malam
Manusia-Manusia Malam
Sebuah
surat cinta Dari manusia-manusia yang malamnya penuh cinta Ditujukan kepada
insan yang tersia-sia malamnya
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakaatuh
Wahai
orang-orang yang terpejam matanya, perkenankanlah kami, manusia-manusia malam
menuliskan sebuah surat cinta kepadamu. Seperti halnya cinta kami pada waktu
malam-malam yang kami rajut di sepertiga terakhir. Atau seperti cinta kami pada
keagungan dan rahasianya yang penuh pesona. Kami tahu dirimu bersusah payah
lepas tengah hari berharap intan dan mutiara dunia. Namun kami tak perlu
bersusah payah, sebab malam-malam kami berhiaskan intan dan mutiara dari surga.
Wahai
orang-orang yang terlelap, sungguh nikmat malam-malammu. Gelapnya yang pekat
membuat matamu tak mampu melihat energi cahaya yang tersembunyi di baliknya.
Sunyi senyapnya membuat dirimu hanyut tak menghiraukan seruan cinta. Dinginnya
yang merasuk semakin membuat dirimu terlena, menikmati tidurmu di atas
pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja
di balik selimutmu yang demikian hangatnya. Aduhai kau sangat menikmatinya.
Wahai
orang-orang yang terlena, ketahuilah, kami tidak seperti dirimu!! Yang setiap
malam terpejam matanya, yang terlelap pulas tak terkira. Atau yang terlena oleh
suasananya yang begitu menggoda. Kami tidak seperti dirimu!! Kami adalah para
perindu kamar di surga. Tak pernahkah kau dengar Sang Insan Kamil, Rasulullah
SAW bersabda : “Sesungguhnya di surga itu ada kamar yang sisi luarnya terlihat
dari dalam dan sisi dalamnya terlihat dari luar. Disediakan untuk mereka yang
memberi makan orang-orang yang memerlukannya, menyebarkan salam serta
mendirikan sholat pada saat manusia terlelap dalam tidur malam.” Sudahkah kau
dengar tadi ? Ya, sebuah kamar yang menakjubkan untuk kami dan orang-orang yang
mendirikan sholat pada saat manusia-manusia yang lain tertutup mata dan
hatinya.
Wahai
orang-orang yang keluarganya hampa cinta, Kau pasti pernah mendengar namaku
disebut. Aku Abu Hurairah, Periwayat Hadist. Kerinduanku akan sepertiga malam
adalah hal yang tak terperi. Penghujung malam adalah kenikmatanku terbesar.
Tapi tahukah kau ? Kenikmatan itu tidak serta merta kukecap sendiri. Kubagi
malam-malamku yang penuh syahdu itu menjadi tiga. Satu untukku, satu untuk
istriku tercinta dan satu lagi untuk pelayan yang aku kasihi. Jika salah satu
dari kami selesai mendirikan sholat, maka kami bersegera membangunkan yang lain
untuk menikmati bagiannya. Subhanallah, tak tergerakkah dirimu ? Pedulikah kau
pada keluargamu ? Adakah kebaikan yang kau inginkan dari mereka ? Sekedar untuk
membangunkan orang-orang yang paling dekat denganmu, keluargamu ?
Lain
lagi dengan aku, Nuruddin Mahmud Zanki. Sejarah mencatatku sebagai Sang
Penakluk kesombongan pasukan salib. Suatu kali seorang ulama tersohor Ibnu
Katsir mengomentari diriku, katanya, ” Nuruddin itu kecanduan sholat malam,
banyak berpuasa dan berjihad dengan akidah yang benar.” Kemenangan demi
kemenangan aku raih bersama pasukanku. Bahkan pasukan musuh itu terlibat dalam
sebuah perbincangan seru. Kata mereka, “Nuruddin Mahmud Zanki menang bukan
karena pasukannya yang banyak. Tetapi lebih karena dia mempunyai rahasia
bersama Tuhan“. Aku tersenyum, mereka memang benar. Kemenangan yang kuraih
adalah karena do’a dan sholat-sholat malamku yang penuh kekhusyu’an.
Tahukah
kau dengan orang yang selalu setia mendampingiku ? Dialah Istriku tercinta,
Khotun binti Atabik. Dia adalah istri shalehah di mataku, terlebih di mata
Allah. Malam-malam kami adalah malam penuh kemesraan dalam bingkai Tuhan.
Gemerisik dedaunan dan desahan angin seakan menjadi pernak-pernik kami saat
mendung di mata kami jatuh berderai dalam sujud kami yang panjang.
Kuceritakan
padamu suatu hari ada kejadian yang membuat belahan jiwaku itu tampak murung.
Kutanyakan padanya apa gerangan yang membuatnya resah. Ya Allah, ternyata dia
tertidur, tidak bangun pada malam itu, sehingga kehilangan kesempatan untuk
beribadah. Astaghfirullah, aku menyesal telah membuat dia kecewa. Segera
setelah peristiwa itu kubayar saja penyesalanku dengan mengangkat seorang
pegawai khusus untuknya. Pegawai itu kuperintahkan untuk menabuh genderang agar
kami terbangun di sepertiga malamnya.
Wahai
orang-orang yang terbuai,Kau pasti mengenalku dalam kisah pembebasan Al Aqsa,
rumah Allah yang diberkati. Akulah pengukir tinta emas itu, seorang Panglima
Perang, Sholahuddin Al-Ayyubi. Orang-orang yang hidup di zamanku mengenalku tak
lebih dari seorang Panglima yang selalu menjaga sholat berjama’ah. Kesenanganku
adalah mendengarkan bacaan Alqur’an yang indah dan syahdu. Malam-malamku adalah
saat yang paling kutunggu. Saat-saat dimana aku bercengkerama dengan Tuhanku.
Sedangkan siang hariku adalah perjuangan-perjuangan nyata, pengejawantahan
cintaku pada-Nya.
Wahai
orang-orang yang masih saja terlena, pernahkah kau mendengar kisah penaklukan
Konstantinopel ? Akulah orang dibalik penaklukan itu, Sultan Muhammad Al Fatih.
Aku sangat lihai dalam memimpin bala tentaraku. Namun tahukah kau bahwa sehari
sebelum penaklukan itu, aku telah memerintahkan kepada pasukanku untuk berpuasa
pada siang harinya. Dan saat malam tiba, kami laksanakan sholat malam dan
munajat penuh harap akan pertolongan-Nya. Jika Allah memberikan kematian kepada
kami pada siang hari disaat kami berjuang, maka kesyahidan itulah harapan kami
terbesar. Biarlah siang hari kami berada di ujung kematian, namun sebelum itu,
di ujung malamnya Allah temukan kami berada dalam kehidupan. Kehidupan dengan
menghidupi malam kami.
Wahai
orang-orang yang gelap mata dan hatinya, pernahkah kau dengar kisah Penduduk
Basrah yang kekeringan ? Mereka sangat merindukan air yang keluar dari
celah-celah awan. Sebab terik matahari terasa sangat menyengat, padang pasir
pun semakin kering dan tandus. Suatu hari mereka sepakat untuk mengadakan
Sholat Istisqa yang langsung dipimpin oleh seorang ulama di masa itu. Ada
wajah-wajah besar yang turut serta di sana, Malik bin Dinar, Atho’ As-Sulami,
Tsabit Al-Bunani. Sholat dimulai, dua rakaat pun usai. Harapan terbesar mereka
adalah hujan-hujan yang penuh berkah.
Namun
waktu terus beranjak siang, matahari kian meninggi, tak ada tanda-tanda hujan
akan turun. Mendung tak datang, langit membisu, tetap cerah dan biru. Dalam
hati mereka bertanya-tanya, adakah dosa-dosa yang kami lakukan sehingga air
hujan itu tertahan di langit ? Padahal kami semua adalah orang-orang terbaik di
negeri ini ?
Shalat
demi shalat Istisqa didirikan, namun hujan tak kunjung datang. Hingga suatu
malam, Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani terjaga di sebuah masjid. Saat
malam itulah, aku, Maimun, seorang pelayan, berwajah kuyu, berkulit hitam dan
berpakaian usang, datang ke masjid itu. Langkahku menuju mihrab, kuniatkan
untuk shalat Istisqa sendirian, dua orang terpandang itu mengamati gerak
gerikku.
Setelah
shalat, dengan penuh kekhusyu’an kutengadahkan tanganku ke langit, seraya
berdo’a : “Tuhanku, betapa banyak hamba-hamba-Mu yang berkali-kali datang kepada-Mu
memohon sesuatu yang sebenarnya tidak mengurangi sedikitpun kekuasaan-Mu.
Apakah ini karena apa yang ada pada-Mu sudah habis ? Ataukah perbendaharaan
kekuasaan-Mu telah hilang? Tuhanku, aku bersumpah atas nama-Mu dengan
kecintaan-Mu kepadaku agar Engkau berkenan memberi kami hujan secepatnya.“
Lalu
apa gerangan yang terjadi ? Angin langsung datang bergemuruh dengan cepat,
mendung tebal di atas langit. Langit seakan runtuh mendengar do’a seorang
pelayan ini. Do’aku dikabulkan oleh Tuhan, hujan turun dengan derasnya,
membasahi bumi yang tandus yang sudah lama merindukannya.
Malik
bin Dinar dan Tsabit Al Bunani pun terheran-heran dan kau pasti juga heran
bukan ? Aku, seorang budak miskin harta, yang hitam pekat, mungkin lebih pekat
dari malam-malam yang kulalui. Hanya manusia biasa, tapi aku menjadi sangat
luar biasa karena doaku yang makbul dan malam-malam yang kupenuhi dengan
tangisan dan taqarrub pada-Nya.
Wahai
orang-orang yang masih saja terpejam, Penghujung malam adalah detik-detik
termahal bagiku, Imam Nawawi. Suatu hari muridku menanyakan kepadaku, bagaimana
aku bisa menciptakan berbagai karya yang banyak ? Kapan aku beristirahat,
bagaimana aku mengatur tidurku ? Lalu kujelaskan padanya, “Jika aku mengantuk,
maka aku hentikan shalatku dan aku bersandar pada buku-bukuku sejenak. Selang
beberapa waktu jika telah segar kembali, aku lanjutkan ibadahku.”
Aku
tahu kau pasti berpikir bahwa hal ini sangat sulit dijangkau oleh akal sehatmu.
Tapi lihatlah, aku telah melakukannya, dan sekarang kau bisa menikmati
karya-karyaku.
Wahai
orang-orang yang tergoda, begitu kuatkah syetan mengikat tengkuk lehermu saat
kau tertidur pulas ? Ya, sangat kuat, tiga ikatan di tengkuk lehermu !! Dia
lalu menepuk setiap ikatan itu sambil berkata, “Hai manusia, Engkau masih punya
malam panjang, karena itu tidurlah !!“.
Hei,
Sadarlah, sadarlah, jangan kau dengarkan dia, itu tipu muslihatnya ! Syetan itu
berbohong kepadamu. Maka bangunlah, bangkitlah, kerahkan kekuatanmu untuk
menangkal godaannya. Sebutlah nama Allah, maka akan lepas ikatan yang pertama.
Kemudian, berwudhulah, maka akan lepas ikatan yang kedua. Dan yang terakhir,
sholatlah, shalat seperti kami, maka akan lepaslah semua ikatan-ikatan itu.
Wahai
orang-orang yang masih terlelap, Masihkah kau menikmati malam-malammu dengan
kepulasan? Masihkah ? Adakah tergerak hatimu untuk bangkit, bersegera, mendekat
kepada-Nya, bercengkerama dengan-Nya, memohon keampunan-Nya, meski hanya 2
rakaat ? Tidakkah kau tahu, bahwa Allah turun ke langit bumi pada 1/3 malam yang
pertama telah berlalu. Tidakkah kau tahu, bahwa Dia berkata, “Akulah Raja,
Akulah Raja, siapa yang memohon kepada-Ku akan Kukabulkan, siapa yang meminta
kepada-Ku akan Kuberi, dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku akan Ku ampuni.”
Dia terus berkata demikian, hingga fajar merekah.
Wahai
orang-orang yang terbujuk rayu dunia, bagi kami, manusia-manusia malam, dunia
ini sungguh tak ada artinya. Malamlah yang memberi kami kehidupan sesungguhnya.
Sebab malam bagi kami adalah malam-malam yang penuh cinta, sarat makna.
Masihkah kau terlelap ? Apakah kau menginginkan kehidupan sesungguhnya ? Maka
ikutilah jejak kami, manusia-manusia malam. Kelak kau akan temukan cahaya di
sana, di waktu sepertiga malam. Namun jika kau masih ingin terlelap, menikmati
tidurmu di atas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal dan gulingmu,
bergeliat manja di balik selimutmu yang demikian hangatnya, maka surat cinta
kami ini sungguh tak berarti apa-apa bagimu.
Semoga
Allah mempertemukan kita di sana, di surga-Nya, mendapati dirimu dan diri kami
dalam kamar-kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi dalamnya
terlihat dari luar. Semoga…
Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakaatuh
Semoga
bermanfaat
Semoga
kita bisa mengambil Hikimah Dari catatan ini
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note
ini bermanfaat
Sumber: Kumpulan kisah islami
0 comments: