Posted by Unknown | 0 comments

Panduan Mengajar Dan Belajar Al-Qur’an


Panduan Mengajar Dan Belajar Al-Qur’an
Bagian ini sertadua bagian yang merupakan tujuan penulisan kitab ini. Bagian ini mengandungpembahasan yang panjang dan luas sekali. Saya telah berusaha menyajikantujuan-tujuannya secara ringkas dalam beberapa fasal supaya mudah diingat danseterusnya diamalkan, insya Allah.

Masalah ke-1:
Pertama-tama yang mesti dilakukan oleh guru dan pembacaadalah mengharapkan keridhaan Allah swt:
Allah berfirman:

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allahswt dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama denganlurus dan supaya mereka mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan yangdemikian itulah agama yang lurus." (QS Al-Bayyinah 98:5)

Diriwayatkan dalam Shahihain (Bukhari dan Muslim) dariRasulullah saw:

"Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya dansessungguhnya setiap orang mendapat apa yang diniatkannya."
Hadits ini merupakan tonggak dan dasar Islam.

Telah kami terima riwayat dari Ibnu Abbas ra, katanya:"Sesungguhnya manusia diberi ganjaran sesuai dengan niatnya."
Dan dari lainnya: "Sesungguhnya orang-orang diberi ganjaransesuai dengan niat-niat mereka."

Telah kami terima riwayat dari Al-ustadz Abu QasimAl-Qusyairi rahimahullah dia berkata: "Ikhlas ialah taat kepada Allah swt sajadengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah swt tanpa sesuatu tujuan lainnya,seperti berpura-pura kepada makhluk atau menunjukkan perbuatan baik kepad orangbanyak atau mengharap kecintaan atau pujian dari manusia atau sesuatu maknaselain mendekatkan diri kepada Allah swt." Dan dia berkata: "Bisa dikatakan,ikhlas itu adalah membersihkan perbuatan dari perhatian makhluk."

Diriwayatkan dari Huzaifah Al-Mar'asyi rahimahullah: "Ikhlasialah kesamaan antara perbuatan-perbuatan hamba secara lahir dan batinnya."
Diriwayatkan dari Dzin Nun Rahimahullah, katanya: "Tigaperkata merupakan tanda ikhals yaitu sama saja tidak terpengaruh oleh pujiandan celaan orang banyak; lupa melihat di antara amal-amal; dan mengharapkanpahala amal-amalnya di akhirat."

Diriwayatkan dari Fudhai bin Iyadh ra, katanya:"Meninggalkan amal untuk orang banyak adalah riya dan bermal untuk orang banyakadalah syirik, sedangkan ikhlas adalah jika Allah swt membebaskanmu darikeduanya."

Diriwayatkan dari Sahl At-Tustari rahimahullah, katanya:"Orang-orang cerdas mengetahui penafsiran surah Al-Ikhlas, tapi mereka tidakmendapat selain ini yaitu gerak dan diamnya dalam keadaan sendiri ataupun dihadapan orang lain hanya bagi Allah swt semata-mata, tidak bercampur sesuatuapapun baik nafsu, keinginan ataupun kesenangan dunia."

Diriwayatkan dari As-Sariyyu rahimahullah, katanya: "Janganlakukan sesuatu karena mengharap pujian orang banyak, jangan tinggalkan sesuatukarena mereka, jangan menutup sesuatu karena mereka dan jangan membuka sesuatukarena mereka."

Diriwayatkan dari Al-Qusyairi, katanya: "Kebenaran yangpaling utama adalah kesamaan antara dalam keadaan sunyi (sendiri) ataupun didalam kebanyakan orang banyak."

Diriwayatakan dari Al-Harith Al-Muhasibi rahimahullah,katanya: "Orang yang benar tidak peduli, meskipun dia keluar dari segala apayang ditetapkan dalam hati makhluk terhadapnya untuk kebaikan hatinya. Dan diatidak suka orang-orang mengetahui kebaikan perbuatannya sedikit pun dan tidakbenci jika orang-orang mengetahui perbuatannya yang buruk karena kebenciannyaatas hal itu adalah sebagai bukti bahwa dia menyukai tambahan di kalanganmereka, yang demikian itu termasuk akhlak orang-orang yang lurus."

Diriwayatkan dari lainnya: "Jika engkau memohon kepada Allahswt dengan kebenaran, maka Allah swt memberimu cermin di mana engkau melihatsegala sesuatu dari keajaiban dunia dan akhirat."

Banyak pendapat ulama Salaf berkenaan dengan hal ini. Sayahanya menyinggung sebagian kecil saja sekedar untuk mengingatkan. Saya telahmenyebutkan sejumlah pendapat ulama dan menjelaskannya di awal SyarhilMuhadzdzan dan saya tambahkan adab-adab orang alim dan pelajar, orang faqih danpelajar fiqh yang diperlukan bagi mereka yang sedang menuntut ilmu.Wallahua'lam.

Masalah ke-2:
Hendaknya seseorang tidak memiliki tujuan dengan ilmu yangdimilikinya untuk mencapai kesenangan dunia berupa harta atau ketenaran.Kedudukan, keunggulan atas orang-orang lain, pujian dari orang banyak atauingin mendapatkan perhatian orang banyak dan hal-hal seperti itu.

Hendaklah guru tidak mengharapkan dengan pengajarannya itusesuatu yang dperlukan dari murid-muridnya, baik itu berupa pemberian harta ataupelayanan, meskipun sedikit dan sekalipun berupa hadiah yang seandainya diatidak mengajarinya membaca Al-Qur'an, tentulah dia tidak diberi hadiah. Allahberfirman:

"Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia, Kamiberikan kepadanya sebagian daripada keuntungan dunia dan tidak ada baginyasuatu bagianpun di akhirat."(QS Asy-Syuura 26:20)

Allah berfirman:
"Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), makaKami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yangKami kehendaki."(QS Al-Israa' 17:18)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, katanya: Rasulullah sawbersabda:
"Barangsiapa yang keridhaan Allah swt dari ilmu yangdipunyainya, sedangkan dia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkesenangan dunia, maka diapun tidak mencium bau syurga pada hari kiamat. KataSuraij, maksud hadits ini ilalah bau Syurga."
(Riwayat Abu Dawud dengan isnad Shahih)

Dan masih banyak lagi hadits-hadits seperti itu.

Diriwayatkan dari Anas, Hudzaifah dan Ka'ab bin Malik rabahwa Rasulullah saw bersabda:
"Barangsiapa menuntut ilmu sekedar untuk mencari kemenanganberdebat dengan orang-orang yang lemah (bodoh) atau membanggakan diri kepadapara ulama atau memalingkan perhatian orang-orang kepadanya, maka biarlah diamendapatkan tempat yang celaka di neraka." Abu Isa berkata: Hadits ini adalahhadits Gharib.

Masalah ke-3:
Hendaklah dia waspada agar tidak memaksakan banyak orangyang belajar dan orang yang datang kepadanya, hendaklah dia tidak membencimurid-muridnya yang belajar kepada orang lain selain dirinya. Ini musibah yangmenimpa sebagian pengajar yang lemah dan itu bukti jelas dari pelakunya atasniatnya yang buruk dan batinnya yang rusak. Bahkan itu adalah hujah yangmeyakinkan bahwa dia tidak menginginkan keridhaan Allah Yang Maha Pemurahdengan pengajarannya itu. Karena jika dia menginginkan keridhaan Allahswt  dengan pengajarannya, tentulah dia tidak membenci hal itu, tetapi diaakan mengatakan kepada dirinya: "Aku menginginkan ketaatan denganpengajarannya. Dengan belajar kepada orang lain dia ingin menambah ilmu, makatidak ada yang salah dengan dirinya."
Telah kami terima riwayat dalam Musnad Imam yang diakuikeafsahannya dan kepemimpinannya Abu Muhammad Ad-Daarimi rahimahullah dari Alibin Abu Thalib ra, katanya: "Wahai orang-orang berilmu! Amalkanlah ilmumukarena orang alim itu ialah orang yang mengamalkan apa yang diketahuinya danilmunya sesuai dengan amalnya. Akan muncul orang-orang yang mempunyai ilmu dantidak melampaui tenggorokan mereka dan perbuatan mereka bertentangan denganilmu mereka dan batin mereka bertentangan dengan zahirnya. Mereka duduk dimajelis-majelis dan sebagian mereka membanggakan diri kepada sebagian lainnyasampai ada orang yang marah kepada kawan duduknya karena belajar kepada oranglain dan dia meninggalkannya. Amal-amal yang mereka lakukan di majelis-majelisitu tidak akan sampai kepada Allah swt."
Telah sah riwayat dari Imam Asy-Syafi'i ra bahwa beliauberkata: "Aku berharap kiranya -orang belajar ilmu ini - yakni ilmu dankitab-kitabnya - agar kiranya dia tidak menisbahkan kepadaku satu huruf pundaripadanya."

Masalah ke-4:
Pengajar mesti memiliki akhlak yang baik sebagaimanaditetapkan syarak, berkelakuan terpuji dan sifat-sifat baik yang diutamakanAllah swt, seperti zuhud terhadap keduniaan dan mengambil sedikit daripadanya,tidak mempedulikan dunia dan pecintanya, sifat pemurah dan dermawan serta budipekerti mulia, wajah yang berseri-seri tanpa melampaui batas, penyantun, sabar,bersikap warak, khusyuk, tenang, berwibawa, rendah hati dan tunduk, menghindaritertawa dan tidak banyak bergurau. Dia mesti selalu mengerjakan amalan-amalansyar'iyah seperti membersihkan kotoran dan rambut yang disuruh menghilangkannyaoleh syarak, seperti mencukur kumis dan kuku, menyisir jenggot, menghilangkanbau busuk dan menghindari pakaian-pakaian tercela. Hendaklah dia menjauhi sifatdengki, riya, sombong dan suka meremehkan orang lain, meskipun tingkatan orangitu di bawahnya.

Sudah sepatutnya dia menggunakan hadits-hadits yangdiriwayatkan berkenaan dengan tasbih, tahlil, dzikir-dzikir dan doa-doalainnya. Dan hendaknya dia selalu memperhatikan Allah swt dalam kesunyianataupun dalam kebanyakan, serta memelihara sikap itu dan hendaklah bersandarkepada Allah swt dalam semua urusannya.

Masalah ke-5:
Seorang pengajar sudah sepatutnya bersikap lemah-lembutkepada orang yang belajar kepadanya dan menyambutnya serta berbuat baikkepadanya sesuai dengan keadaannya.

Kami telah meriwayatkan dari Abu Harun Al-Abdi, katanya:"Kami mendatangi Abu Said Al-Khudri ra, kemudian katanya: 'Selamat datangdengan wasiat Rasulullah saw, sesungguhnya Nabi saw bersabda:

"Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Orang-orang akanmengikuti kamu dan ada orang-orang yang datang kepada kamu dari berbagaipenjuru bumi belajar ilmu agama. Jika mereka datang kepadamu, berwasiatlah kamukepada mereka dengan baik."(Riwayat Tirnidzi dan Ibnu Majah dan lainnya)

Telah kami terima riwayat seperti itu dalam MusnadAd-Daarimi dari Abu Darda' ra

Masalah ke-6:
Seorang guru mesti memberikan nasihat bagi mereka karenaRasulullah saw bersabda:

"Agama itu nasihat, bagi Allah swt, Kitab-Nya, Rasul-Nya,para pemimpin muslimin dan orang awam di antara mereka." (Riwayat Muslim)
Termasuk nasihat bagi Allah swt dan Kitab-Nya ialah memuliakanpembaca Al-Qur'an dan pelajarnya, membimbingnya kepada maslahatnya, bersikap lemah-lembut kepadanya dan membantunya untuk mempelajarinya sedapatmungkin serta membujuk hati pelajar di samping bersikap mudah ketikamengajarinya, bersikap lemah-lembut kepadanya dan mendorongnya untuk belajar.

Hendaklah dia mengingatkannya akan keutamaan hal itu untukmembangkitkan kegiatannya dan menambah kecintaanya, membuatnya zuhud terhadapkesenangan dunia dan menjauhkan dari kecondongan serta mencegahnya agar tidakterpedaya olehnya.

Seorang guru hendaklah mengingatkan dia akan keutamaanmenyibukkan diri dengan mengkaji Al-Qur'an dan ilmu-ilmu syar'iyyah lainnya.Itu adalah jalan orang-orang yang teguh dan arif serta hamba-hamba Allah yangsholeh dan itu adalah derajat para nabi, mudah-mudahan sholawat dan salam Allahswt tetap atas mereka.

Hendaklah seorang guru menyayangi muridnya dan memperhatikankemaslahatan-kemaslahatannya seperti perhatiannya terhadap maslahat-maslahatanak-anak dan dirinya sendiri.

Dan hendaklah murid itu diperlakukan seperti anaknya sendiriyang mesti disayangi dan diperhatikan akan kebaikannya, sabar menghadapigangguan dan kelakuannya yang buruk. Dan memaafkan atas kelakuannya yang kurangbaik dalam sutu waktu karena manusia cenderung berbuat kesalahan dan tidaksempurna, lebih-lebih lagi jika mereka masih kecil.

Sudah sepatutnya guru menyukai kebaikan baginya sebagai manadia menyukai kebaikan bagi dirinya dan tidak menyukai kekurangan baginya secaramutlak sebagaiamana dia tidak menyukai bagi dirinya.

Terdapat riwayat di dalam Shahihain dari Rasulullah sawbahwa baginda Bersabda:

"Tidaklah sempurna iman seseorang dari kamu hingga diamencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri."
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, katanya: "Orang yangtermulia di sampingku adalah kawan dudukku yang melangkah melalui diantaramanusia hingga dia duduk menghadapku. Seandainya aku sanggup mencegah lalathinggap diwajahnya, niscaya aku melakukannya."
Dalam suatu riwayat: "Sungguh lalat yang hinggap di atasnyamenggangguku."

Masalah ke-7:
Sudah sepatutnya guru tidak menyombongkan diri kepada parapelajar, tetapi bersikap lemah-lembut dan rendah hati terhadap mereka.
Telah banyak keterangan berkenaan dengan tawadhuk terhadapkebanyakan manusia. Maka bagaimana pula terhadap mereka ini yang sepertianak-anaknya di samping kesibukan mereka dengan Al-Qur'an dan hak pergaulannyapada mereka dan keseringan mereka datang kepadanya.

Diriwayatkan dari Nabi saw bahwa Baginda bersabda:

"Bersikaplah lemah-lembut kepada orang yang kamu ajari danguru yang mengajari kamu."
Diriwayatkan dari Abu Ayub As-Sakhtiyani rahimahullah,katanya: "Patutlah orang yang alim meletakkan tanah di atas kepalanya karenamerendah diri terhadap Allah Azza wa Jalla."

Masalah ke-8:
Sudah sepatutnya pelajar dididik secara berangsur-angsurdengan adab-adab yang luhur dan perilaku yang baik serta dilatih dirinya atasperkara-perkara kecil yang terpuji.

Hendaklah guru membiasakan diri memelihara dri dalam semuaurusan yang batin dan terang di samping mendorongnya dengan perkataan danperbuatan yang berulangkali untu menunjukkan keikhlasan dan berlaku benar sertamemiliki niat yang baik serta memperhatikan Allah swt pada setiap saat.

Hendaklah guru memberitahu kepada pelajar bahwa dengan sebabitu terbukalah cahaya makrifat di atasnya, dadanya menjadi lapang, memancardari hatinya sumber-sumber hikmah dan pengetahuan, Allah swt akan memberikanberkat pada ilmu dan perbuatannya dan memberikan petunjuk pada setiap perbuatandan perkataannya.

Masalah ke-9:
Mengajari para pelajar adalah fardu kifayah. Jika tidak adaorang yang mampu kecuali seorang maka wajiblah ke atasnya. Jika ada beberapaorang yang setengah dari mereka bisa mengajar tetapi mereka menolak, makamereka berdosa. Jika setengah dari mereka mengerjakannya, gugurlah tanggungjawab dari yang selainnya. Jika salah seorang dari mereka diminta sedang diamenolak, maka pendapat yang lebih tepat ialah dia tidak berdosa, tetapidihukumkan makruh ke atasnya jika tiada halangan.

Masalah ke-10:
Diutamakan bagi pengajar agar mementingkan pengajaran merekadengan melebihkannya di atas kemaslahatan dirinya yang bersifat duniawi yangbukan keperluan utama/asas yang amat mendesak. Hendaklah dia mengosongkan hatinyadari segala hal yang menyibukkannya, ketika dia duduk untuk mengajari mereka.Hendaklah dia berusaha keras menjadikan mereka mengerti dan memberimasing-masing dari mereka memperoleh bagian yang layak ke atasnya. Makajanganlah dia mengajari banyak perkara kepada pelajar yang tidak bisa menerimabanyak dan jangan meringkas bagi siapa yang menonjol kecerdasannya semala tidakdibimbingkan akan terjadi fitnah ke atasnya karena timbul rasa bangga ataulainnya.

Siapa yang kurang perhatiannya, seorang guru bisa menegurnyadengan lemah-lembut selama dia tidak takut murid itu akan lari. Janganlahdengki kepada salah seorang dari mereka karena kepandaian yang menonjol danjangan mengganggap dirinya istimewa karena nikmat yang dianugerahkan Allah swtkepadanya.

Karena kedengkian kepada orang lain amat diharamkan, apalagiterhadap pelajar yang memiliki kedudukan seperti anak. Kepandaiannya adalahatas jasa gurunya yang mendapat pahala yang banyak di akhirat dan pujian yangbaik didunia. Hanya Allah Yang memberi taufik.

Masalah ke-11:
Jika jumlah mereka banyak, maka dahulukan yang pertama,kemudian yang berikutnya. Jika yang pertama rela gurunya mendahulukan lainnya,maka bisa mendahulukannya. Patutlah guru menunjukkan kegembiraan dan muka yangberseri-seri, memeriksa keadaan mereka dan keadaan mereka dan menanyakan siapayang tidak hadir dari mereka.

Masalah ke-12:
Para ulama berkata:"Janganlah guru menolak mengajari seseorang karena niatnya tidak benar."
Sufyan dan yang kain bertanya berkenaan dengan niatmurid-murid yang menuntut ilmu kepadanya. Mereka berkata: "Kami belajar ilmuuntuk selain Allah swt", maka Sufyan enggan mengajar mereka dan berharap agartidak melakukannya kecuali untuk Allah swt. Yakni ilmu itu digunakan hanya semata-mata karena Allah swt.

Masalah ke-13:
Termasuk adab seorang guru yang amat ditekankan dan perludiperhatikan ilaha guru mestinya menjaga kedua tanganya ketika mengajar daribermain-maian dan menjaga kedua matanya dari memandang kemana-mana tanpakeperluan.

Hendaklah dia duduk dalam keadaan suci menghadap kiblat danduduk tengang dengan memakai baju yang putih bersih. Jika sampai ketempatduduknya, dia sembahyang dua rakaat sebelum duduk, sama ada tempat itu masjidatau lainnya. Jika sebuah masjid, maka adab itu lebih di tekankan karenadihukumkan makruh duduk di situ sebelum sembahyang dua rakaat. Dia bisa dudukbersila atau dengan cara lainnya.
Diriwayatkan oleh Abu Bakar bin Abu Dawud As-Sijistanidengan isnadnya dari Abdullah bin Mas'ud r.a: "Beliau pernah mengajar manusiadia masjid sambil duduk berlutut."

Masalah ke-14:
Termasuk adab guru yang amat ditekankan dan perludiperhatikan ialah tidak diperkenankan merendahkan ilmu dengan pergi ke tempatyang dihuni pelajar untuk belajar dari padanya. Sekalipun pelajar itu Khalifahatau di bawah kedudukannya. Bagaimanapun dia mesti menjaga ilmu dari hal itusebagaimana dilakukan para ulama Salaf ra cerita-cerita mereka tentang hal inibanyak dan sudah diketahui.

Masalah ke-15:
Hendaklah dia mempunyai majelis atau ruang kelas yang luassupaya murid-murid bisa duduk di situ. Dalam hadits dari Nabi saw sabdanya:

"Sebaik-baik majelis ialah yang paling luas." (Riwayat AbuDawud dalam Sunannya)

Hadits itu telah disebutkan di awal kitab Al-Adab denganisnad sahih riwayat Abu Said Al-Khudri ra

Masalah ke-16:
Adab pelajar dan penuntut ilmu. Semua yang saya sebutkanberkenaan dengan adab pengajar (guru) juga merupakan adab bagi pelajar.Termasuk adab pelajar ialah menjalani hal-hal yang menyibukkan sehingga tidakbisa memusatkan perhatian untuk belajar, kecuali hal yang mesti dilakukankarena keperluan. Hendaklah dia membersihkan hatinya dari kotoran-kotoran dosasupaya bisa menerima Al-Qur'an, manghafal dan memanfaatkannya.

Diriwayatkan dari Rasulullah saw bahwa Baginda bersabda:

"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh mansuia segumpaldaging. Jika daging itu baik, seluruh tubuh menjadi baik. Jika daging iturusak, seluruh tubuh menjadi rusak. Ingatlah, daging itu ialah hati."

Sungguh baik perkataan orang yang mengatakan: "Hati itumenjadi baik dengan ilmu sebagaimana bumi menjadi baik karena dijadikanpertanian."

Hendaklah pelajar bersikap merendah hati terhadap gurunyadan sopan kepadanya, meskipun lebih muda, kurang terkenal dan lebih rendahnasab dan keturunannya dari pada dia. Hendaklah pelajar bersikap merendah hatiuntuk belajar ilmu. Dengan sikapnya yang merendah hati dia bisa mendapat ilmu.

Seorang penyair menendangkan sebuah madah:
Ilmu itu tidak bisa mencapai pemuda
Yang menyombongkan diri,
Sebagaimana air bah
Tidak bisa mencapai tempat yang tinggi.
Pelajar mesti patuh kepada gurunya dan membicarakandengannya dalam urusan-urusannya. Dia terima perkataannya seperti orang sakityang berakal menerima nasihat dokter yang menasihati dan mempunyai kepandaian,maka yang demikian itu lebih utama.

Masalah ke-17:
Janganlah dia belajar kecuali dari orang yang lengkapkeahliannya, menonjol keagamaanya, nyata pengetahuannya dan terkenal kebersihandirinya.

Muhammad bin Sirin dan Malik bin Anas serta para ulama salaflainnya berkata: "Ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapa kamumengambil agama kamu."

Pelajar mesti memuliakan gurunya dan meyakinkan kesempurnaankeahliannya dan keunggulannya dia atas golongannya karena hal itu lebih dekatuntuk mendapat manfaat dari padanya.

Sebagian ulama masa lalu (ulama Mutaqaddimin) apabila pergikepada gurunya, dia sedekahkan sesuatu seraya berkata: "Ya Allah, tutupilahkeburukan guruku dariku dan jangan hilangkan keberkatan ilmunya dariku. "Rabi,sahabat Asy-Syafi'i rahumahullah berkata: "Aku tidak berani minum air sementaraAsy-Syafi'i memandang kepadaku karena kewibawaannya."

Telah kami terima riwayat yang bersumber dari AmirulMukminin Ali bin Abu Thalib ra, katanya: "Termasuk kewajibanmu terhadap guruialah engkau memberi salam kepada orang-orang secara umum dan mengkhususkannyadengan suatu penghormatan. Hendaklah engkau duduk di depannya dan tidak memberiisyarat di dekatnya dengan tanganmu ataupun mengerdipkan kedua matamu."

Janganlah engkau katakan, si fulan berkata lain dari yangengkau katakan. Jangan mengumpat seseorang di dekatnya dan jangan bermusyawarahdengan kawan dudukmu di majelisnya. Jangan memegang bajunya jika dia hendakberdiri, jangan mendesaknya jika dia malas dan jangan merasa bosan karena lamabergaul denganya. Patutlah pelajar melaksanakan adab-adab yang ditunjukkan olehAllah swt.
Hendaklah pelajar menolak umpatan terhadap gurunya jika diamampu. Jika tidak mampu menolaknya, hendaklah dia tinggalkan majelis itu.

Masalah ke-18:
Hendaklah pelajar masuk ke ruang/majelis gurunya dalamkeadaan memiliki sifat-sifat sempurna sebagaimana yang saya sebutkan perlu adapada guru. Antara lain dengan bersuci menggunakan siwak dan menggosokkan hatidari hal-hal yang menyibukkan. Janganlah dia masuk sebelum minta izin jikagurunya berada di suatu tempat yang perlu minta izin untuk memasukinya.Hendaklah pelajar memberi salam kepada para hadirin ketika masuk danmengkhususkan gurunya dengan penghormatan tertentu. Dia memberi salam kepadagurunya dan kepada mereka ketika dia pergi sebagaimana disebut di dalam hadits:

"Bukanlah salam yang pertama itu lebih baik daripada yangkedua?"

Janganlah dia melangkahi bahu orang lain, tetapi hendaklahdia duduk di mana tempat majelis berakhir, kecuali jika guru mengizinkanbaginya untuk maju atau dai ketahui dari keadaan mereka bahwa mereka lebihmenyukai hal itu. Janganlah dia menyuruh seseorang berdiri dari tempatnya. Jikaorang lain mengutamakannya, jangan diterima, sesuai dengan sikap Umar rakecuali jika dengan mengikutinya terdapat maslahat bagi orang-orang yang hadiratau guru menyuruhnya berbuat demikian. Janganlah dia duduk di tengah halaqah(majelis), kecuali jika ada keperluan. Janganlah duduk siantara dua kawan tanpaizin keduanya. Tetapi jika keduanya melapangkan tempat untuknya, dia punbisalah duduk merapatkan dirinya.

Masalah ke-19:
Hendaklah dia menunjukkan adab terhadap kawan-kawannya danorang-orang yang menghadiri majelis guru itu. Hal itu merupakan sikap sopanterhadap guru dan pemeliharaan terhadap majelisnya. Dia duduk dihadapan gurudengan cara duduk sebagai seorang pelajar, bukan cara duduknya guru. Janganlahdia menguatkan suaranya tanpa keperluan, jangan tertawa, jangan banyak bercakaptanpa keperluan, jangan bermain-main dengan tangannya ataupun lainnya. Jangan menoleh ke kanan dan kekiri tanpakeperluan, tetapi menghadap kepada guru dan mendengar setiap perkataanya.

Masalah ke-20:
Perkara lain yang perlu diperhatikan ialah tidak belajarkepada guru dalam keadaan hati guru sedang sibuk dan dilanda kejemuan,ketakutan, kesedihan, kegembiraan, kehausan, mengantuk, kegelisahan dan hal-hallain yang dapat menghalangi guru untuk dapat mengajar dengan baik dan serius.Hendaklah dia manfaatkan waktu-waktu di mana gurunya dalam keadaan sempurna.

Termasuk sebagian dari adabnya ialah menahan ketegasan gurudan keburukan akhlaknya. Janganlah hal itu menghalangnya untuk menzaliminya danmeyakini kesempurnaannya. Hendaklah dia mentakwilkan perbuatan-perbuatan danperkataan-perkataan zahir gurunya yang kelihatantidak baik dengan takwil-takwilyang baik. Tidaklah bisa melakukan itu kecuali orang yang mendapat sedikittaufik atau tidak mendapatnya. Jika gurunya berlaku kasar; hendaklah dia yanglebih dahulu meminta maaf dengan mengemukakan alasan kepada guru dan menujukkanbahwa dialah yang patut dipersalahkan. Hal itu lebih bermanfaat baginya diduniadan diakhirat serta lebih membersihkan hati guru.

Mereka berkata: "Barangsiapa tidak sabar menghadapi kehinaanketika belajar, maka sepanjang hidupnya tetap dalam kebodohan. Dan barangsiapayang sabar menghadapinya, maka dia akan mendapat kemuliaan di dunia danakhirat." Senada dengan nasihat itu ialah athar yang mansyur dari Ibnu Abbasr.a: "Aku menjadi hina sebagai pelajar dan menjadi mulia sebagai guru."

Alangkah indahnya madah penyair berikut ini:
Barangsiapa tidak tahan mereasakan kehinaan sesaat,
Maka dia melalui seluruh hidupnya dalam keadaan hina.

Masalah ke-21:
Termasuk adab pelajar yang amat ditekankan ialah gemar dantekun menuntut ilmu pada setiap waktu yang dapat dimanfaatkannya dan tidak puasdengan yang sedikit sedangkan dia bisa belajar banyak. Janganlah dia memaksadirinya melakukan sesuatu yang tidak mampu dilakukannya supaya tidak jemu danhilang apa yang diperolehnya. Ini berbeda sesuai dengan perbedaan manusia dankeadaan mereka. Jika tiba di majelis guru dan tidak menemukannya, dia mestimenunggu dan tetap tinggal di pintunya. Janganlah meninggalkan tugasnya,kecuali jika dia takut gurunya tidak menyukai hal itu dengan mengetahui bahwagurunya mengajar dalam waktu tertentu dan tidak mengajar ketika lainnya.

Jika menempati guru sedang tidur atau sibuk dengan sesuatuyang penting, janganlah dia minta izin untuk masuk, tetapi bersabar sehinggadia bangun atau selesai dari kesibukkannya.

Bersabar lebih utama sebagaimana dilakukan oleh Ibnu Abbasra dan lainnya. Hendaklah dia mendorong dirinya dengan berijtihad dalammenuntut ilmu ketika lapang, dalam keadaan giat dan kuat, cerdas pikiran dansedikit kesibukkan sebelum nampak tanda-tanda ketidak-mampuan dan sebelummencapai kedudukan yang tinggi.

Amirul Mukminin Umar Ibn Al-Khattab ra berkata: "Tuntutlahilmu sebelum kamu menjadi pemimpin. Yakni berijtihadlah dengan segenapkemampuanmu ketika kamu menjadi pengikut sebelum menjadi pemimpin yang diakui,kamu enggan belajar lantaran kedudukanmu yang tinggi dan pekerjaanmu yangbanyak. Inilah makna perkataan Imam Asy-Syafi'i r.a:

"Tuntutlah ilmu sebelum engkau menjadi pemimpin. Jika engkausudah menjadi pemimpin, maka tiada lagi waktu untuk menuntut ilmu."

Masalah ke-22:
Hendaklah dia pergi kepada gurunya untuk belajar di pagihari berdasarkan hadits Nabi saw:

"Ya Allah, berkatilah umatku pada waktu pagi hari."

Hendaklah dia memelihara bacaan hafalannya dan tidakmengutamakan orang lain pada waktu gilirannya karena mengutamakan orang laindalam hal ibadah adalah makruh. Lain halnya dengan kesenangan nafsu, maka halitu disukai. Jika guru melihat adanya maslahat dalam mangutamakan orang lainpada suatu makna syar'i, kemudian menasihatinya agar berbuat sedemikian, makadia perlu mematuhi perintahnya.
Di antara yang wajib dan wasiat yang ditekankan daripadanyaialah jangan iri hati kepada seorang kawannya atau lainnya atau suatu keutamaanyang dianugerahkan Allah swt kepadanya dan jangan membanggakan dirinya atassesuatu yang diistemewakan Allah swt baginya. Telah saya kemukakan penjelasanhal ini dalam adab-adab guru.

Cara menghilangkan kebanggaan itu ialah dengan mengingatkandirinya bahwa dia tidak mencapai hal itu dengan daya dan kekuatannya, tetapimerupakan anugerah dari Allah swt. Tidaklah patut dia membanggakan sesuatu yangtidak diciptakannya, tetapi diamanahkan oleh Allah swt padanya.

Cara untuk menghilangkan iri hati ialah dengan menyadaribahwa hikmah Allah swt, menghendaki untuk memberikan keutamaan tertentu kepadaorang yang dikehendaki-Nya. Maka patutlah dia tidak menyanggahnya dan tidakmembenci hikmah yang sudah ditetapkan Allah swt.

Semoga kita bisa mengambil Hikmah dari note ini

Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat

Sumber : At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Quran
BAB IV : Panduan Mengajar Dan Belajar Al-Qur'an
Karya: Abu Zakariya Yahya Muhyiddin bin Syaraf bin HizamAn-Nawawi (Imam Nawawi)


0 comments: