Posted by
Unknown
|
0
comments
Berburu Lailatul Qadar
Berburu Lailatul Qadar
Lailatul
Qadar adalah malam yang agung di antara sekian malam di bulan suci Ramadhan.
Tidak disebutkan kapankah malam itu terjadi.
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُوَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ. سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu
apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya
untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit
fajar. (QS Al-Qadr 97: 1-5)
Paling
tidak ada tiga keutamaan yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama,
orang yang beribadah pada malam itu bagaikan beribadah selama 1000 bulan, 83
tahun empat bulan. Diriwayatkan, ini menjadi penggembira umat Nabi Muhammad SAW
yang berumur lebih pendek dibanding umat nabi-nabi terdahulu. Kedua,
para malaikat pun turun ke bumi, mengucapakan salam kesejahteraan kepada
orang-orang yang beriman. Dan ketiga, malam itu
penuh keberkahan hingga terbit fajar.
Imam
Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda: “Siapa beribadah di malam Lailatul
Qadar dengan rasa iman dan mengharap pahala dari Allah, ia akan diampuni
dosanya yang telah lalu.”
Diriwayatkan
dari Abu Dawud, Nabi Muhammad SAW pernah ditanya tentang Lailatul Qadar, lalu
beliau menjawab, “Lailatul
Qadar ada pada setiap bulan Ramadhan.” Riwayat Imam Bukhari, dari
A’isyah, Nabi Muhamamd SAW bersabda: “Carilah
lailatul qadar itu pada malam ganjil dari sepuluh terakhir pada bulan
Ramadhan.”
Menurut
pendapat yang lain, Lailatul Qadar itu terjadi pada 17 Ramadlan, 21 Ramadlan,
24 Ramadlan, malam ganjil pada 10 akhir Ramadlan dan lain-lain. Jadi, tidak
ditemukan keterangan yang menunjukkan tanggal kepastiannya.
Diantara
hikmah tidak diberitahukannya tanggal yang pasti tentang Lailatul Qadar adalah
untuk memotivasi umat agar terus beribadah, mencari rahmat dan ridla Allah SWT
kapan saja dan dimana saja, tanpa harus terpaku pada satu hari saja. Jika malam
Lailatul Qadar ini diberitahukan tanggal kepastiannya, maka orang akan
beribadah sebanyak-banyaknya hanya pada tanggal itu saja dan tidak giat lagi beribadah
ketika tanggal tersebut sudah lewat.
Namun
ada banyak penjelasan mengenai tanda-tanda datangnya Lailatul Qadar itu.
Diantara
tanda-tandanya adalah:
1.
Pada hari itu matahari bersinar tidak terlalu panas dengan cuaca sangat sejuk,
sebagaimana hadits riwayat Muslim.
2.
Pada malam harinya langit nampak bersih, tidak nampak awan sedikit pun, suasana
tenang dan sunyi, tidak dingin dan tidak panas. Hal ini berdasakan riwayat Imam
Ahmad.
Dalam Mu’jam
at-Thabari al-Kabir disebutkan
bahwa Rasulullah bersabda: “Malam
lailatul qadar itu langit bersih, udara tidak dingin atau panas, langit tidak
berawan, tidak ada hujan, bintang tidak nampak dan pada siang harinya matahari
bersinar tidak begitu panas.”
Nah,
agar mendapatkan keutamaan lailatul qadar, maka hendaknya memperbanyak ibadah
selama bulan Ramadlan, diantaranya, senatiasa mengerjakan shalat fardhu lima
waktu secara berjama’ah, mendirikan qiyamul lail (shalat tarawih, tahajjud,
dll), membaca Al-Qur’an (tadarrus)
sebanyak-banyaknya dengan tartil (pelan-pelan dan membenarkan bacaan
tajwidnya), memperbanyak dzikir, istighfar dan berdo’a.
Pendapat
yang lebih umum, Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 27 setiap Ramadhan. Para
ulama Makkah mengkhatamkan Al-Qur’an bersamaan dengan shalat Tarawih di malam ke
27. Pada saat itulah di sana orang-orang bersemangat menjalankan ibadah shalat
Tarawih, juga shalat-shalat Sunnah yang lain, seperti Tahajjud, Witir, dan
ibadah sosial seperti memberi makan orang miskin, memberi buka kepada yang
berpuasa, sedekah ini sedekah itu, dan lain sebagainya.
Hadits
riwayat Ahmad dengan sanad shahih, dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda: “Siapa mencari malam Lailatul
Qadar, carilah di hari ke 27.” Di Indonesia, oleh para jamaah
thareqat mu’tabarah menjadikan malam 27 ini sebagai malam paling istimewa untuk
berbaiat, berdzikir, istighatsah dan berziarah kubur. Umum dikenal istilah “malam pitulikuran”
sebagai malam paling istimewa.
Menjadi
Awalan
Sejatinya
amal ibadah apapun kita lakukan semata-mata karena Allah SWT, hanya karena
Allah. Tidak berharap apapun. Tidak berharap pujian dari sesama manusia. Tidak
berharap agar dikaruniakan keberkahan di dalam setiap langkah kehidupan kita.
Bahkan, pada tingkatan yang lebih tinggi, tidak berharap pahala bagi
kebahagiaan akhirat. Karena manusia diciptakan hanya untuk beribadah
kepada-Nya, menyembah-Nya.
Namun,
manusia adalah manusia: sering menjadi manja, selalu menuntut lebih, selalu
berharap balasan, tidak akan melakukan sesuatu ibadah apabila tidak mendapat
iming-iming pahala, kebaikan, dan keberkahan yang luar biasa dari Sang
Pencipta.
Sebagai
contoh adalah betapa paniknya kita ketika bulan Ramadhan tiba. Kita
bebondong-bondong melakukan ibadah karena ada iming-iming pahala besar jika
kita rajin beribadah pada bulan penuh kemuliaan itu. Ibadah sunat menjadi
wajib, sementara ibadah wajib berlipat-lipat pahalanya. Dan seterusnya.
Sayangnya,
usai Ramadhan kita kembali seperti biasa. Semangat Ramadhan telah hilang. Kita
kembali bergelimang. Alih-alih, pada saat Ramadhan belum usai pun semangat itu
mulai menghilang. Semangat beribadah entah kenapa hanya ada di awal bulan
Ramadhan. Sementara pada pertengahan bahkan akhir Ramadhan kita sudah berkelana
entah kemana.
Maka
kemudian bagi manusia-manusia itu dikabarkanlah berita gembira bahwa ada malam
kemuliaan yang bernilai seribu bulan, yakni (malam) Lailatul Qadar. Jika kita
beribadah pada malam itu maka pahalanya akan luar biasa besarnya, supaya
manusia kembali bersemangat untuk beribadah seperti pada awal bulan Ramadhan.
Tahukan
bahwa dirahasiakannya malam Lailatul Qadar sesungguhnya adalah pukulan telak
buat manusia. Sebenarnya kita sedang tersindir. Rahasia kapan datang malam
Lailatul Qadar itu memberikan pelajaran bahwa ibadah mestinya tidak hanya
dilakukan dalam satu malam saja.
Andailah
manusia tak goyah dalam melakukan ibadah, rajin, dan istiqomah; Karena ibadah
tak terbatas waktu, kapan saja, dan sepanjang masa. Tapi baiklah, Ramadhan dan
Lailatul Qadar semoga menjadi awalan yang baik untuk beribadah.
(A Khoirul Anam-red)
Semoga
kita bisa mengambil hikmah dari catatan ini
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes
ini bermanfaat
0 comments: