Posted by
Unknown
|
0
comments
Bahagia Karena Membahagiakan
Bahagia Karena
Membahagiakan
Muslim
yang hebat bukanlah yang serba tahu tentang aib orang lain kemudian
menyebarkannya dengan penuh suka cita
Rasulullah
saw. bersabda, "Barangsiapa
mengenyahkan satu kedukaan dunia dari seorang Mukmin maka Allah mengenyahkan
kedukaan darinya pada hari kiamat. Barangsiapa memberikan kemudahan bagi orang
yang kesulitan maka Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Dan
barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim maka Allah akan menutupi (aib)-Nya di
dunia dan akhirat. Dan Allah senantiasa menolong hambanya selama ia menolong
saudaranya." (H.R. Muslim)
Saat
mensyarah (menjelaskan) hadis ini, Imam Nawawi menulis, "Ini merupakan hadis agung yang
mencakup berbagai ilmu, kaidah, dan tatakrama." Dengan
hadis ini kita mendapat penegasan bahwa Islam merupakan kasih sayang bagi
sekalian alam (rahmatan lil-‘alamin), realistis, dan sangat peduli dan membela
orang-orang lemah secara adil.
Orang-orang
atheis menganggap agama sebagai candu (racun). Karena dalam dugaan mereka,
agama –termasuk Islam—adalah ajaran yang meninabobokan. Orang-orang yang miskin
disuruh bersabar karena nanti di hari akhirat akan mendapatkan kebahagiaan.
Orang yang tertindas disuruh bersabar sebab nanti di hari akhirat orang yang
melakukan penindasan akan dimasukkan ke neraka. Dalam
pandangan orang-orang atheis, ajaran semacam ini adalah ajaran yang membuat
orang menjadi fatalis, pasrah, dan bersikap "apa yang terjadi,
terjadilah".
Jika
mereka mengalamatkan tuduhan itu pada Islam, jelas salah.
Karena sesungguhnya Islam bukanlah agama yang menolerir kezaliman di dunia,
lebih-lebih atas nama kebahagiaan di hari akhirat. Islam juga bukan agama yang
menjadikan kemelaratan sebagai parameter kemuliaan, baik di dunia tidak pula di
akhirat kelak. Hadis ini justru memastikan bahwa di antara kelompok manusia
yang akan mendapatkan kebahagian hakiki di akhirat kelak adalah orang yang rela
berbagi, siap membantu, dan punya semangat mencari solusi. Dan bukannya
orang-orang yang pasrah pada keadaan, putus asa, serta tidak memiliki
keberdayaan. Bukan! Dan tentu saja hadis yang sedang kita kaji ini hanyalah
secuil contoh dari keindahan Islam.
Ada
banyak pelajaran penting yang dapat kita serap dari hadis di atas, antara lain:
Pertama,
dalam kehidupan akan senantiasa ada orang yang mengalami nestapa, duka, dan
kekurangan. "Apakah
mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian
mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat
mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan." (Q.S. Az-Zukhruf 43: 32)
Keadaan
seperti ini adalah peluang bagi orang-orang yang mendapatkan keleluasaan
untuk beramal. Keadaan miskin dan kaya di mata Allah hanyalah
ujian. Orang kaya dengan kekayaannya bisa masuk surga bisa pula masuk neraka.
Orang miskin dengan kemiskinannya bisa masuk surga bisa pula masuk neraka.
Kedua,
Islam mengakui dan menghargai kepemilikan pribadi.Dalam
hadis itu Rasulullah saw. tidak mengatakan bahwa harta orang kaya adalah
otomatis milik bersama dengan orang miskin. Rasulullah saw. justru
mengisyaratkan bahwa seseorang bisa berperan dengan apa yang ia miliki
–termasuk hartanya. Dan kemudian karena perbuatannya itu ia mendapatkan
keberuntungan dan kebahagiaan di hari akhirat.
Untuk
menghormati hasil jerih payah dan kepemilikan seseorang, Islam melarang mencuri
dan menghukum pencuri dengan hukuman berat. Islam juga menilai orang yang mati
dalam rangka mempertahankan hak miliknya sebagai syahid. Dan adanya kewajiban
zakat, anjuran infak, dan sedekah adalah nyata-nyata menegaskan bahwa Allah
tidak melarang manusia mempunyai harta, yang dilarang adalah rakus, kikir, dan
menjadikan dunia sebagai tujuan.Ketiga,
kewajiban untuk memberi solusi, kemudahan, dan membantu adalah kewajiban
seluruh Muslim. Namun,
bagi pemimpin hal itu lebih wajib lagi. Rasulullah saw. telah memberi contoh
untuk itu. Dalam sebuah hadis disebutkan,
"Seorang
lelaki datang menghadap Rasulullah saw. guna mengadukan perihal kemelaratan
yang dideritanya, lalu ia pulang. Maka Rasulullah saw. mengatakan kepadanya,
‘Pergilah hingga kamu mendapatkan sesuatu (untuk dijual).’ Orang itu lalu pergi
dan pulang lagi (menghadap Rasulullah saw.) dengan membawa sehelai kain dan
sebuah cangkir. Orang itu lalu mengatakan, ‘Ya Rasulullah, sebagian kain ini
biasa digunakan keluarga saya sebagai alas dan sebagiannya lagi sebagai penutup
tubuh. Sedangkan cangkir ini biasa mereka gunakan sebagai tempat minum.’
Rasulullah saw. berkata, ‘Siapa yang mau membeli keduanya dengan harga satu
dirham?’ Seorang laki-laki menjawab, ‘Saya wahai Rasulullah.’ Rasulullah saw.
berkata lagi, ‘Siapa yang mau membeli keduanya dengan harga lebih dari satu
dirham.’ Seorang laki-laki mengatakan, ‘Aku akan membelinya dengan harga dua
dirham.’ Rasulullah saw. berujar, ‘Kalau begitu kedua barang itu untuk kamu.’
Lalu Rasulullah saw. memanggil orang (yang menjual barang) itu seraya
mengatakan, ‘Belilah kapak dengan satu dirham dan makanan untuk keluargamu
dengan satu dirham.’ Orang itu kemudian melaksanakan perintah itu lalu datang
lagi kepada Rasulullah saw. Maka Rasulullah saw. memerintahkan kepadanya,
‘Pergilah ke lembah itu, dan janganlah kamu meninggalkan ranting atau duri atau
kayu bakar. Dan janganlah kamu menemuiku selama lima belas hari.’ Maka orang
itu pun pergi dan mendapatkan uang sepuluh dirham. Rasulullah saw. mengatakan,
‘Pergi dan belilah makanan untuk keluargamu dengan uang lima dirham.’ Orang itu
mengatakan, ‘Ya Rasulullah, Allah telah memberikan barokah dalam apa yang
kauperintahkan kepadaku.’" (H.R. Al Baihaqi)
Keempat,
banyak cara yang dapat dilakukan untuk meringankan beban, mengenyahkan
kesulitan, dan membantu orang lain. Jangan selalu dipahami bahwa membantu
harus selalu dengah harta atau hal lain yang bersifat meterial. Kata-kata yang
baik dan tepat bisa menjadi solusi yang lebih jitu ketimbang harta yang
disedekahkan dengan cara menyakiti. Allah swt. berfirman, "Perkataan yang
baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu
yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Mahakaya lagi Maha
Penyantun." (Q.S. Al Baqarah 2: 263)
Bahkan,
ada orang yang merasa terbantu karena ada orang lain yang bersedia
mendengarkannya saat dia curhat. Karenanya ada orang yang secara profesional
menyiapkan diri sebagai tempat curhat.
Kelima,
orang Muslim yang hebat bukanlah yang serba tahu tentang aib orang lain
kemudian menyebarkannya dengan penuh suka cita. Orang yang hebat adalah orang yang mampu
menjaga aib dan menutupi keburukan saudaranya. Pantang ia membicarakan
keburukan saudaranya kecuali hanya untuk tujuan kemaslahatan. Betapa
menyedihkannya orang yang berbahagia saat mendengar dan mengetahui keburukan
dan kekurangan orang lain. Dan betapa busuknya orang yang senang melihat
saudaranya jatuh martabatnya dan kehilangan keharuman namanya. Oleh karena itu,
janganlah kita merasa bangga karena banyak orang yang melapor kepada kita
tentang keburukan orang lain. Alih-alih bangga, kita harusnya merasa sedih.
Karena jika setiap pembicaraan busuk disampaikan kepada kita, berarti kita
dianggap tempat sampah. Tempat penampungan segala sesuatu yang busuk.
Keenam,
kedahsyatan hari kiamat haruslah menjadi sesuatu yang kita takuti dan kemudian
kita berusaha untuk melindungi diri dengan amal saleh. Allah swt. berfirman,
"Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya keguncangan hari
kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada
hari (ketika)kamu melihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui
anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang
hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka
tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras." (Q.S. Al Hajj 1-2)
Jika
kita mampu memberikan kebahagian pada saudara kita dan mengenyahkan
kesulitan-kesulitannya di dunia, niscaya kita menjadi orang yang bahagia di
hari akhirat. Orang yang paling bahagia adalah orang yang berhasil
membahagiakan orang lain.
Wallahu
a’lam
Semoga
kita bisa mengambil Hikmah dari Catatan ini
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes
ini bermanfaat
0 comments: