Posted by
Unknown
|
0
comments
Bermanfaat Bagi Semuanya
Bermanfaat Bagi
Semuanya
Rosulullah
Shallahu'Alaihi Wa Sallam bersabda :" Sebaik-baik manusia diantaramu
adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain." (HR.Bukhori)
Bismillahir-Rahmanir-Rahim: Dengan menyebut nama Allah
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Anakku
yang mulia, cahaya-cahaya permataku, lihatlah segala sesuatu di sekeliling
kita.
Dalam
beberapa hal, setiap ciptaan memberikan manfaat kepada kita, bukankah begitu?
ambil
rumput contohnya. Rumput berguna untuk sapi, kerbau dan kambing.
Lihatlah
pohon, ia memberi manfaat begitu banyaknya.
Beberapa
pohon menghasilkan buah-buahan untuk dimakan olehmu, dan pohon yang tidak
menghasilkan buah juga memberikan keteduhannya, bukankah begitu?
Buah-buahan,
semak belukar, dan bunga-bunga semuanya memberikan manfaat untuk mahluk lain.
Setangkai
bunga dapat memberikanmu aroma yang harum, dan air dari danau dapat memuaskan
dahagamu.
Matahari
memberikan kita cahaya, bulan memberikan kita kesejukan, dan bintang-bintang
juga memberikan cahayanya. Semua ciptaan Tuhan memberikan manfaat kepada
kehidupan lainnya. Setiap ciptaan membantu dan menyediakan kenyamanan untuk
kehidupan lainnya.
Anakku
yang mulia, kau harus menyadari ini.
Semak-semak,
pohon-pohon, bunga-bunga, rerumputan, hujan, dan awan semuanya memberikan kita
kenyamanan.
Bila
mereka bisa menyamankan kita, bukankah sebaiknya kita juga bisa menyamankan
orang lain?
Kita
juga harus memberikan manfaat untuk orang lain. Kita harus bermanfaat bagi
setiap mahluk hidup.
Jika
seorang manusia duduk di lembah gunung, bayangan dari gunung memberikan
kesejukan dan mencegah ia dari panasnya terik matahari. Dengan hal yang sama, jika
kau menjadi orang baik, maka kau akan dapat memberikan kenyamanan kepada mahluk
lain yang sedang dalam bahaya, dan kau akan dapat memberikan ketenteraman di
saat-saat penuh kesulitan.
Jika
kau seorang yang saleh, berbudi pekerti luhur dan tidak mementingkan diri
sendiri, maka kita akan seperti gunung yang melayani tanpa mengharapkan balas
jasa ataupun pujian. Jika kita bisa berada dalam keadaan seperti itu dan memberikan
ketenteraman kepada mahluk lain, maka kita menjadi bermanfaat untuk orang lain.
Sebuah
pohon menaungi kita dari panasnya terik matahari dan melindungi kita dari angin
dan hujan.
Sebuah
pohon bisa begitu bermanfaat. Ia memberikan buah kepada mahluk lain untuk
dimakan, tetapi pohon itu sendiri tidak
pernah memakan buah yang dihasilkannya, bukankah begitu?
Jadi,
seperti itu, bahkan jika kita hidup di dunia ini, kita
seharusnya tidak memiliki pikiran bahwa kita menikmati kesenangan dunia.
Kita harus seperti pohon yang memberikan buah-buahan tanpa ikut serta menikmatinya.
Dengan
hal yang sama, walaupun banyak mahluk hidup yang hidup di dalam air, tetapi air
tidak pernah memakan mahluk hidup yang ada di air tersebut. Malahan, ia
memberikan kehidupan kepada mahluk lainnya. Contohnya, terdapat banyak
rerumputan yang ditemukan di dalam air, tetapi airnya tidak memakan rumputnya.
Air memberikan kehidupan kepada mahluk lainnya. Seperti itu, anakku yang mulia,
jika kita ingin menjadi manusia sejati, maka kita seharusnya menjadi penolong
untuk seluruh makhluk hidup. Kita seharusnya tidak
berharap untuk memuaskan kesenangan dan kelaparan kita. Kita
seharusnya tidak berharap kepada pujian dan
kehormatan. Kita seharusnya tidak melihat kepada hal-hal ini.
Kita setidaknya harus melakukan tugas seperti yang dilakukan rumput dan semak-semak.
Tuhan
melakukan tugasNya tanpa mementingkan DiriNya ataupun keterikatan kepada
DiriNya, dan Dia memberi kehidupan kepada seluruh mahluk hidup. Bukankah
begitu?
Kita
harus berada dalam kedaan yang sama seperti Tuhan. Anakku yang mulia, cahaya-cahaya
permataku, sudah waktunya kita menghilangkan diri kita dan mengerti Pembimbing
kita (Tuhan).
Setangkai
bunga memberikan aromanya yang harum, bukankah begitu?
seperti
bunga yang merekah dan memberikan keharumannya, hati kita harus merekah dan
kearifan pun datang.
Hati
hanya akan berbunga ketika kearifan merekah. Dan aroma harum baru akan muncul
setelah cinta merekah didalam dirimu. Apakah seharusnya hati kita merekah
seperti bunga sehingga kita juga bisa memberikan aroma yang harum? Seluruh
mahluk hidup akan membungkukkan jiwanya kepada keharuman itu; semuanya akan
tunduk kepada keharuman itu.
Setangkai
bunga tidak perlu menonjolkan dirinya dan berkata, “Aku setangkai bunga.”Mahluk
hidup akan menyadari keharumannya, dan mereka akan tertarik dan mendekatinya.
Jadi, jika bunga saja bisa melakukan seperti itu, maka ketika kita hadir dengan
hati yang berbunga dan merekah, dan juga dengan keharuman yang ada di hati
kita, mereka yang mencintai Tuhan dan memiliki iman kepada Tuhan akan datang
mendekati kita. Anakku, permata yang menyinari mataku, sebagaimana bunga
menarik mahluk hidup, hati ini akan menarik mereka yang memiliki iman kepada
Tuhan. Kita seharusnya berada di dalam keadaan ini.
Jika
kita mencabut bunga dan memindahkannya dari pohon, bunga itu akan layu dan
kehilangan keharumannya. Bunga tersebut hanya bisa memberikan keharumannya
selama bunga itu masih berada dipohonnya. Hal yang sama, jika kita meninggalkan
keadaan kita yang benar, bunga yang berada dilubuk hati kita yang paling dalam
akan layu. Kita harus tetap terhubung kepada pohon yang merupakan hati. Jika
kita meninggalkan hati, maka bunga yang ada di dalam hati kita akan musnah. Inilah yang terjadi ketika kita mencari
pujian, kehormatan dan kedudukan demi
kebanggaan diri kita. Maka kita akan seperti bunga yang dicabut
dari pohonnya; segala kebaikan yang kita miliki di dalam diri kita akan
mengering. Bukankah begitu?
Semua
anak-anakku, tolong pikirkan hal ini, Tuhan selalu ada di setiap tempat, dan
Dia melakukan TugasNya tanpa kebanggaan, tanpa kehormatan, dan tanpa ego “Aku”.
Seperti itulah TugasNya. Dengan cara seperti ini seharusnya kita melakukan
kewajiban kita, doa kita, ketaatan kita, dan ibadah kita. Tidak ada Tuhan yang
layak disembah selain Tuhan Yang Maha Besar, Allahu ta’lla.
Anakku
yang mulia, kau harus berpikir.
Kau
harus merenung.
Kau
harus menyadari.
Kau
harus mengetahui.
Dan
kau harus mengerti.
Apa
yang harus kita mengerti?
Bahwa
Allah ada dimanapun.
Bahwa
Allah ada disetiap kehidupan dan mengerti semua kehidupan.
Yang
Maha Esa yang ada dimanapun, apakah Dia tidak ada di dalam diri kita?
Apakah
kita harus pergi mencari DiriNya?
Apakah
kita harus membaca ayat-ayat untuk menghadirkan Dia di dalam diri kita?
Apakah
kita harus menunjukkan keajaiban untuk melihat Dia?
Apakah
kita harus terbang ke angkasa untuk melihat Dia?
Apakah
kita harus menutup mata kita dan menunggu untuk melihat Dia?
Anakku
yang mulia, cahaya-cahaya permataku, lihatlah bagaimana air turun ketika hujan.
Ia
mengalir ke semua tempat dan memberikan manfaat ke setiap hal yang ia lewati.
Ketika
hujan turun, kau akan melihat pohon-pohon, rumput-rumput dan segala sesuatunya
menjadi segar; semuanya memilki kesejukan di dalamnya. Danau-danau menjadi
terisi, dan air yang berlebih pada danau mengalir menuju laut. Betapa indahnya
ketika air mengalir menuju laut. Ketika hujan turun ke bumi dan danau, ia
bermanfaat untuk seluruh mahluk hidup, bukankah begitu?
Dengan
hal yang sama, di dalam setiap nafas, hati kita selayaknya mengagungkan Tuhan.
Pada
setiap saat, kita harus memperkenankan hujan dari Rahmat Tuhan turun membasahi
hati kita.
Setiap
menit, setiap detik, di dalam setiap nafas, kita harus mengagungkan Dia.
Di
dalam setiap detik kita harus memiliki niat untuk beribadah kepadaNya.
Setiap
kata yang kita ucapkan haruslah perkataanNya.
Setiap
pemikiran haruslah pemikiranNya.
Kita
harus berada dalam keadaan ini.
Di
dalam pikiran kita, di dalam nafas kita, di dalam perkataan kita, dan di dalam
niat kita, kita sebaiknya berhubungan dengan Tuhan.
Kita
harus hidup dalam niatNya.
Apapun
kegiatan yang kita lakukan, Dia harus selalu berada di dalam niat kita.
Hal
ini bukanlah suatu perkara yang besar, anakku yang mulia.
Kita
mengira bahwa ini sesuatu yang sangat berat untuk dipikul.
Tetapi
lihatlah pada nafas: kegiatan apapun yang kita lakukan, nafas tetap berkerja
secara otomatis, bukankah begitu? Ketika kita bekerja, apakah nafas berhenti
bekerja?
Ketika
kita bekerja, apakah mata kita berhenti berfungsi?
Mereka
tetap bekerja, bukankah begitu? Kerja apapun yang kita lakukan, apakah
peredaran darah tetap bersirkulasi? Apakah ia berhenti bersirkulasi karena kita
sibuk bekerja? Tidak, mereka tidak berhenti. Apapun yang kita lakukan, nafas
kita tetap mengalir tanpa henti.
Dada
kita mengembang dan mengempis, setiap organ tubuh berdenyut, setiap akar rambut
tumbuh, dan setiap lubang pori-pori bekerja setiap saat. Jika mereka bisa
melakukan fungsinya, maka apakah kita bisa selalu memiliki niat kepada Tuhan?
Niat
dan kepercayaan kita terhadap Tuhan harus selalu bersama kita, sebagaimana
mengalirnya nafas kita.
Iman
kita harus konstan. Pikiran-pikiran tersebut, niat kita terhadap Tuhan, nafas
tersebut, perkataan tersebut, penglihatan tersebut, dan gema tersebut sebaiknya
bekerja secara terus-menerus sebagaimana organ-organ tubuh yang berfungsi
secara otomatis. Itulah yang dinamakan Zikir, mengingat Tuhan. Jika kau selalu
berusaha mengingat Tuhan sebagaimana organ tubuh yang berfungsi di dalam
tubuhmu, maka itulah yang di namakan ibadah.
Ini
bukanlah suatu beban yang berat untuk dipikul. Yang lain semuanya bekerja
secara otomatis; jika hal ini juga dapat bekerja secara otomatis, maka inilah
yang di namakan Rahmat Tuhan.
Rahmat
inilah yang harus kita sebarkan ke segala sesuatu.
Seperti
hujan yang memberikan begitu banyak kenikmatan dan kesejukan, kita selayaknya
memuaskan dahaga orang-orang yang kehausan.
Kita
selayaknya menghilangkan kelaparan orang lain dan mencoba untuk menenangkan
keletihan mereka. Inilah Tugas yang harus kita lakukan.
Anakku,
kita tidak selayaknya mengatakan, “Ini
sulit, hal itu begitu sulit,” atau “Hal ini tidak mungkin”.
Apa-apa
yang kita bawa di dalam diri kitalah yang begitu berat.
Ketika
hujan turun dan terjadi banjir, kau bisa melihat pohon-pohon dan kapal-kapal
mengapung di atas air. Tetapi ketika kau mencoba mengangkat pohon dari tanah,
hal ini sangat berat. Jika kita mencoba mengangkat pohon sendirian, akan terasa
sangat berat. Sama halnya, jika kau mencoba memikul sebuah kapal, terasa sangat
berat. Tetapi ketika kapal tersebut berada di air, apakah ia berat? Tidak,
kapal tidak terasa berat bagi air. Ketika kita meletakkan kapal di air, apakah
yang terjadi? Kita bisa memenuhinya dengan beban tujuh kali berat kapalnya dan
tetap tidak terasa berat bagi air.
Anakku
yang mulia, segala beban-beban dan apa-apa yang berat yang kita kumpulkan
selama hidup kita sama seperti ini. Kita mencoba membawa mereka bersama kita.
Kita mencoba membawa bumi, kita mencoba membawa udara, kita membawa hasrat
kita, kita membawa keterikatan terhadap dunia dan kecintaan terhadap hubungan-hubungan
kita. Hal-hal ini begitu berat karena kita mencoba membawanya melawan gravitasi
bumi.
Tetapi
jika kau menjadikan setiap nafas membawa gema dari La
ilaha, ill-Allahu- Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Hanya Allah
yang ada; jika kau bisa mengambil setiap beban ini dan menyerahkannya kepada
Dia Hu, ill-Allahu, ini seperti menyerahkan
semua beban kedalam kapal tersebut. Lalu kau tidak memiliki beban lagi. Kau
tidak memiliki beban untuk dibawa lagi. Sebagaimana air yang bisa menahan
sebuah kapal, Allah akan membawa semua beban-bebanmu.
Beban-beban
ini tidak berat bagiNya, sebagaimana air tidak merasakan beratnya kapal dan
beban-beban yang ada di dalam kapal tersebut.
Jika
kau berserah diri kepada Tuhan dalam keadaan seperti itu, tidak ada lagi beban
untuk mu; Allahu akan
membawa semua beban-beban tersebut. Tetapi jika kau hanya memberikan
setengahnya kepada air dan kau berusaha membawa setengah lainnya, bagaimana kau
akan memikulnya?
Bagaimana
kau akan membawanya?
Anakku
yang mulia, tolong renungkan hal ini.
Air
hanya akan dapat menahan kapalnya ketika engkau memberikan seluruh kapalnya
kepada air.
Maka
sebanyak apapun beban yang kau berikan, air masih dapat menahannya.
Sama
seperti itu, kita harus menyerahkan beban-beban kita seluruhnya kepada Tuhan,
dan berkata, “La ilaha,
Tidak ada Tuhan selain Allah, ill-Allahu,
hanya Engkau yang ada, Oh Tuhan.” Dan Dia Yang Maha Bijak di seluruh Alam
Semesta, Sang Rahmatul-‘alamin, akan
membawa semua beban-beban kita yang berat. Semakin banyak beban yang kau
berikan kepadaNya, semakin banyak yang akan Ia bawa.
Jika
kau renungkan hal ini, kau akan menyadari bahwa jika kita hidup dalam keadaan
seperti ini, berserah diri kepada Tuhan, maka kita tidak akan memiliki
ketakutan ataupun kesulitan di dalam hidup. Dan ibadah kepada Tuhan menjadi
begitu mudah.
Kesulitannya
terletak pada perbuatan kita yang mencoba membawa beban-beban tersebut dari
bumi dan mencoba untuk menyerahkan beban-beban tersebut kepada Allah. Selalu terdapat ikatan
keturunan, ras, dan agama yang mendorong kita. Kita membawa mereka, dan hal-hal
itulah yang memberi kita beban. Tetapi jika kita bisa mengambil beban ini
dan berserah diri kepada Tuhan, maka ibadah akan menjadi sangat mudah, untuk
mencapai Tuhan menjadi mudah, untuk berbicara kepadaNya menjadi mudah, untuk
menerima kearifanNya menjadi mudah, untuk bersatu denganNya menjadi mudah, dan
mencapai kerajaanNya menjadi Mudah. Kita harus memikirkan hal ini.
Kita harus merenungkan segala sesuatunya.
Anakku
yang mulia, cahaya-cahaya permataku, kau harus berusaha untuk mencapai keadaan
ini.
Anakku
yang tersayang, setiap dari kita harus berusaha untuk mengurangi beban-beban
yang kita bawa bersama kita. Kita harus menyingkirkan beban-beban kita; kita
harus berusaha.
Semua
masalah ini adalah akibat tingkah laku kita.
Semua
anakku, kita harus memikirkan tentang hidup kita.
Kita
harus memikirkan tentang kewajiban dan perbuatan-perbuatan Tuhan.
Kita
harus mengerti hal tersebut dan berusaha untuk hidup dalam keadaan tersebut.
Semoga
ibadah kita berada dalam keadaan tersebut, dan mari kita berusaha untuk meraih
singgasana Tuhan.
Hal
itu akan menjadi kemenangan bagi hidup kita.
Itulah
keagungan dari manusia dan kejernihan dari kearifan kita.
Anakku
yang mulia, cahaya-cahaya permataku, semoga setiap dari kamu memikirkan hal
ini.
Berusahalah
untuk berjalan dijalan yang lurus, dan berusaha untuk menilai diri kita.
Untuk
beribadah kepada Tuhan mudah, tetapi untuk mengerti sifat-sifatNya dan untuk
berjalan pada jalan inilah yang sulit. Jadi mari kita berjuang untuk mencapai
maqam tersebut.Amin. Amin.
As-salamu’alaikum
wa Rahmatullahi wa Barakatu Kullahu. Semoga keselamatan Allah bersamamu dan
Rahmat Allah dan Barokah Allah.
Oleh
: M. R. Bawa Muhaiyaddeen
Diterjemahkan
oleh: Dimas Tandayu
Semoga
bermanfaat.
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes
ini bermanfaat.
0 comments: