Posted by
Unknown
|
0
comments
Maafkan Aku, Ayah dan Ibu
Maafkan Aku, Ayah dan
Ibu
Ayah,
Ibu, maafkan Aku, ini sudah kodrat Ku. Aku lahir kedunia belum cukup pada
waktunya Delapan bulan 2 hari, tepat pada tanggal 3 Oktober 2006, jam 11, 45
dengan bantuan operasi di RS Permata Ibu.
Bahagia
sekali rasaya, ketika pisau bedah menyentuh kulit plasenta yang membungkusku.
Bahagia sekali rasaya aku akan berkumpul dengan keluargaku. Tapi takdir
berbicara lain Allah punya rencana lain nafasku, !!! Kondisi nafasku tidak
seperti yang lain. Aku harus hidup, aku harus hidup, aku ingin berkumpul dengan
keluargaku.
Tidak
lama kemudian aku mendengar suara azan di telingaku. Aku berfikir inikah Orang
tuaku, inikah ayahku yang bahagia melihatku dan mengumandanka azan di telingaku.
Tapi apa daya RS di mana tempatku dirawat tidak mempunyai alat yang akan
menolongku.Aku dipindah kan RS Sentra Medika untuk mendapat bantuan agar
nafasku bisa sempurna.
Satu
hari, dua hari keadaanku sedikit membaik, aku bisa menagis, aku bisa merasakan
sentuhan tangan ayahku ketika dia tahu aku sudah bisa menangis. Aku juga
mendengar dia berkata, anakku, kamu harus kuat, kamu harus hidup. Ini ayah. Dan
terlihat jelas air mata kebahagiaan mengucur dari matanya.
Tapi,
dengan alasan terlalu jauh aku dipindahkan lagi ke RS Fatmawati pada tanggal 5
Oktober 2006 oleh ayahku. Aku dipindahkan dengan ambulan. Di dalam hatiku. Aku
bertanya. Ayah mau dibawa ke mana aku, Ayah apa aku ingin bertemu Ibu. Setelah
sampai aku sadar bahwa aku masih belum sempurna, bahwa aku masih harus berjuang
untuk menyempurnakan diriku. Satu hari aku di sini, terasa badanku lemas
sekali. Aku susah sekali bernafas. Ayah, aku harus hidup.
Hari
kedua aku di sini, diruang kecil yang penuh dengan selang kondisi tubuhku
semakin menurun. Orang yang ada disekelilingku, dengan kemampuanya sebagai
seorang perawat dan Dokter berusaha untuk menolongku. Banyak sudah benda-benda
yang masuk ke tubuhku.
Di
saat tidak ada kepastian yang terjadi pada diriku aku mendengar langkah lemas
menghampiriku jauh bukan di dekatku. Dia melihatku, dia memandangku, dari
kejauhan. Tapi aku dapat mendengar, dia menangis, dan dia berkata, nak ini ibu,
ingin sekali ibu memeluk dan menciumu. Ingin sekali ibu memberimu susu. Tapi
ibu tidak bisa, ibu hanya berharap kamu harus kuat, ibu hanya berharap kamu
harus hidup.
Ibu,
…ibu… aku berteriak, tapi dia tidak mendengar, semua orang tidak bisa mendengar
teriakanku… aku pandangi dia, dia terus saja menangis. Oh Ibu, . Andai aku bisa
menghampirimu aku ingin memelukmu, aku ingin dekapanmu. Aku mau kau tersenyum
untuku.
Hari
ketiga keadaanku semakin parah. Dokter memutuskan untuk memasukan selang
ventilator dan kemudian darah mengalir dari dalam selang kecil masuk ke
tubuhku. Tubuhku semakin bengkak dan aku semakin tidak bisa bergerak. Hingga
hari keempat keadaanku semakin parah dari mulutku keluar carian berwarna merah…
Hari
kelima. Dokter yang menanganiku sudah mulai putus asa. Kemudian jam 11.30 ibu
menelphon ayah. Karena dokter ingin bicara. Entah apa yang dibicarakan aku
melihat ayah begitu gelisah, begitu gunda bahkan sedih sekali. Sore hari
menjelang maghrib ayahku pergi untuk mengambil darah untukku lagi. Jam 11.30
malam dia sampai dan menyerahknnya ke Perawat. Ayah, Ibu, aku sudah tidak kuat,
aku sudah tidak bisa lagi bernafas.
Sesosok
telah menghampiriku. Dia mengajaku, dia ingin mengajakku jauh dari sini. Jauh
dari penderitaan dan kesedihan. Lembut tangannya menariku dari box kecil yang
memenjarakanku. Dia membisikan kata-kata kepadaku, “Wahai Irsyad, Kamu telah
dipanggil Allah. Allah memanggilmu untuk pulang. Mari pegang tanganku dan
ikutlah bersamaku menghadap sang kuasa, sang pencipta. Zat yang menciptakanmu.”
“Ayah
dan Ibumu hanyalah tempat di mana kamu akan dititipkan kalau memang kamu
diizinkan untuk hidup. Tapi Allah lebih cinta kamu sehingga Dia memanggilmu
untuk pulang.”
Jam
2.30 pagi aku menghembuskan nafas terakhirku. Aku pulang ke tempat di mana aku
diciptakan. Ayah, Ibu, maafkan Irsyad. Aku tidak bisa bersama kalian. Aku cinta
kalian. Tapi Allah lebih sayang padaku. Dia tidak mau aku menderita, dia tidak
mau kalian menderita karenaku.
Ayah,
Ibu, walaupun aku tidak bersamamu tapi cinta dan sayangku selalu mengiringi
kepergianku. Aku memang hanya hidup satu minggu, tapi aku yakin bahwa kalian
berdua sangat mencintaiku. Ayah Ibu doaku selalu untukmu. Selamat tinggal Ayah,
ibu dan kedua Kakakku. Aku mohon maaf, karena aku tidak bisa bersama kalian
semua. Semoga Allah memberikan ketabahan yang kuat untuk kalian semua. Kalian
harus meneruskan hidup sampai Allah akan memanggil kalian sehingga nanti kita
bisa bersatu disatu tempat yang akan telah diberikanNya.
Selamat
tinggal keluargaku tercinta walaupun aku tidak bisa bersamamu. Doa dan cintaku
selalu bersamamu…
Terima
kasih ibu, atas perjuanganmu mengandungku selama 8 bulan 2 hari. Cintaku selalu
menyertaimu selamanya. Ayah, cinta dan ketulusanmu padaku tidak bisa aku balas
dengan jiwaku. Aku cinta padamu ayah. Dan aku akan selalu mendoakanmu.
Kakak-kakakku,
kelak nanti kita pasti akan bertemu dan berkumpul. Jaga Ibu dan Ayah. Jadilah
anak yang baik dansoleh, yang bisa melindungi keluarga dan kedua orang tua
kita. Semoga Allah menyatukan kita di satu saat nanti, di tempat yang paling
mulia di sisi-Nya.
Wassalam
Dari
Ayah untuk anaku yang selalu dikenang Irsyad Ramadhan Lahir:3 oktober 06
Wafat:10 Oktober 06
Semoga
bermanfaat
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note
ini bermanfaat
Oleh
Rudi Setiawan
0 comments: