Posted by
Unknown
|
0
comments
Berlemah Lembut Sifat Mulia
Berlemah Lembut Sifat
Mulia
Allah Subhanahu
Wa Ta’ala memiliki
banyak nama-nama yang Agung yang sekaligus merupakan sifat-sifatNya yang Agung
pula. Nabi adalah sosok manusia Agung yang telah memahamkan sifat-sifat Allah
yang Agung itu, sekaligus mengamalkannya dalam kehidupan beliau sehari-hari,
untuk kemudian mengajarkannya kepada ummat Beliau. Beruntunglah orang-orang
yang mengikuti tunjuk ajar Baginda Rasul itu. Allah sendiri dalam
Al-Qur’an telah memuji Beliau dengan firman-Nya, “ Sesungguhnya
engkau (Rasulullah) memiliki budi pekerti yang Agung” (surat Al-Qalam ayat 4).
Siti
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
isteri terkasih beliau ketika ditanyai tentang bagaimana budi pekerti Rasul
dalam kehidupan Baginda sehari-hari, maka dengan tegas, ‘Aisyahradhiyallahu ‘anha menjawab: “Budi
pekerti Rasul sejalan dengan Al-Qur’an”. Dalam hadis lain Rasul bersabda: “
Sesungguhnya aku diutus agar bersikap lemah lembut….”
Ada
banyak sifat-sifat Rasul yang mulia, dan di antara sifat-sifat yang mulia itu
adalahlemah
lembut. Mungkin tidak ada manusia yang tidak
menyukai sikap lemah lembut ini. Bahkan berapa banyak orang-orang yang
sehari-hari memiliki tindakan yang kasar sekalipun, suka jika diperlakukan
orang lain dengan lemah lembut. Memang aneh kalau dipikir. Betapa orang yang
punya sikap kasar ternyata tidak suka diperlakukan kasar, dan lebih memilih
diperlakukan halus dan lembut.
Bagaimana
bisa demikian?
Pada
dasarnya lemah lembut adalah fitrah manusia, yakni sifat dasarnya manusia.
Seluruh
bayi lahir dalam kelemah-lembutan. Ibunya akan menciumnya dengan penuh kasih
sayang dan kelembutan, pada saat pertama sang ibu dapat menyentuhnya setelah
sang bayi itu dilahirkan dengan menderita kesakitan yang luar biasa. Semua
orang yang melihat sang bayi akan tersenyum senang dan tertawa-tawa gembira
saat melihat seorang bayi yang baru lahir. Ini adalah sifat manusia yang
normal, lembut dan suka pada kelembutan.
Keadaan
bayi yang baru lahir memang lembut lahir batin. Tubuhnya lembut, halus, dan
lunak. Suaranya juga halus, lunak dan mengharukan hati siapa saja dari manusia
normal yang mendengarnya. Nabi bersabda: “Tiap-tiap bayi yang lahir suci
atas fitrah” Nabi
juga memerintahkan agar dikumandangkan adzan di telinga sang bayi, sesaat setelah
kelahirannya. Dan, hampir semua bayi akan menangis saat mendengar adzan pada kali pertama berkumandang di
telinganya. Pertanda adanya kelembutan jiwa yang mereka miliki!
Setelah
hari kelahiran sang bayi, maka mulailah berperan didikan kedua orangtua sang
bayi itu. Bapaknya, dan tentu saja terutama ibunya, akan mulai memberikan
‘coretan-coretan’
pada sang bayi suci itu. Hari demi hari yang dilalui, menambahkan nilai yang ‘dicoretkan’ pada sang
bayi itu. Jika ‘coretan’
yang diterimanya adalah ‘coretan-coretan’kelembutan,
maka kelak akan wujud pada dirinya karakter kelembutan pula. Sebaliknya, jika
‘coretan-coretan’ yang diterimanya adalah berupa nilai kekasaran dan nilai kekerasan, maka sudah dapat
dipastikan karakter yang terbentuk adalah kekerasan dan kekasaranpula.
Inilah
salah satu yang diajarkan Nabi betapa anak yang shalih adalah ‘harta karun’ yang
tidak ternilai harganya, walau dibandingkan dengan seluruh dunia dan alam jagad
raya yang akan hancur sirna tanpa bekas ini. Anak yang shalih justru akan
memberikan manfaat, baik saat orangtuanya hidup di dunia, saat
dalam kubur, bahkan akan menuntun kedua tangan orangtuanya masuk ke surga Allah Subhanahu
Wa Ta’ala di akhirat
kelak. Dan, di antara tanda-tanda keshalihan seseorang adalah hati yang lemah
lembut, bukan hati yang keras
membatu.
Memakai
Kata-Kata Lembut Saat Berbicara
Begitu
pentingnya sikap lemah lembut sehingga pada saat Allah memerintahkan Nabi Musa
dan Harun alaihimassalam pergi menda’wah Fir’aun laknatullah
‘alaih yang telah
berani mengaku dirinya sebagai Tuhan, Allah masih berpesan kepada kedua Nabi
yang mulia ini: “Maka berkatalah
kamu berdua (Musa dan Harun)kepada Fir’aun itu dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan dia menjadi ingat
atau takut.” (surat Thaaha ayat 44). Luar biasa Firman
Allah ini. Kita tidak dapat membayangkan jika kepada Fir’aunlaknatullah ‘alaih saja Allah perintahkan untuk memakai
perkataan yang lemah lembut, bagaimana lagi lembutnya perkataan dan sikap
yang mesti kita pakai untuk berkata-kata kepada kedua ibu dan bapak?
Allah
ada berfirman: “Dan
Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang
dan ucapkanlah: “Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah memelihara aku waktu kecil.” (surat Bani Israil ayat 23-24).
Allah
telah mengharamkan mengeluarkan perkataan ‘ah’ atau ‘cis’ kepada
orangtua, apalagi sampai menampar, memukul, menghina,
membentak, dan menyakiti hati mereka. Rasul bersabda, “Ridho
Allah tergantung pada ridho orangtua.” Setinggi apa pun kedudukan kita di
mata manusia, jika menyakiti hati orangtua, maka dengan sebenarnya kedudukan
kita sangat rendah dan hina di hadapan Allah.
Naudzubillah…!
Orang-orang
Jawa sudah biasa dilatih untuk memakai bahasa Jawa tingkat kromo
inggil(sebuah bahasa dengan nada dan kosa kata yang halus), jika
hendak berbicara dengan orangtua. Sungguh beruntung orang yang masih
mengamalkan ‘pusaka
Wali Songo’ ini, sebuah penghormatan yang sesuai dengan
perintah Allah Yang Maha Tiinggi. Adapun orang yang di luar penutur bahasa
Jawa, mesti berjuang lebih khusus agar terbiasa berbicara lemah lembut dengan
cara yang berbeda saat berbicara dengan orang lain dibandingkan saat berbicara
dengan kedua orangtuanya. Tentu saja sebuah hal yang sulit untuk dilakukan, dan
membutuhkan latihan yang memakan waktu bertahun-tahun serta kemauan yang keras.
Begitu pentingnya perbuatan ini sehingga Allah meletakkan perintah-Nya untuk
berlaku baik dan lemah lembut kepada orangtua setelah ayat tentang perintah
menyembah Allah dengan tidak melakukan perbuatan syirik. Tidak diragukan lagi
bahwa sebuah perintah Allah pastilah merupakan ibadah bila diamalkan.
Kisah
Hikmah
Suatu
hari Ibu susu Nabi, Halimahtussa’diyah datang ingin menjumpai Nabi, karena
suku ibunda tertawan dalam satu peperangan melawan kaum muslimin. Saat sudah
berada di depan kemah Nabi, Ibunda menjadi ragu-ragu untuk menjumpai Rasul.
Beliau berjalanmondar-mandir di depan kemah Nabi. Sekilas Nabi
melihat ibunda Halimah melintas, maka Nabi meminta sahabat beliau agar
menjemput ibunda Halimah masuk.
Saat
ibunda telah berdiri di depan kemah Nabi, serta merta Nabi membentangkan
sorbannya di lantai tanah kemah, kemudian berdiri menyambut ibunda Halimah
dengan sikap lembut dan kasih sayang. Beliau kemudian mempersilakan ibunda
Halimah duduk di atas bentangan sorban, sementara Nabi duduk dengan penuh khidmat di atas tanah lantai kemah, bukan di
atas bentangan sorbannya. Lihatlah betapa suri tauladan yang begitu menakjubkan
telah Nabi tunjukkan atas umatnya. Begitu santunnya sikap Nabi terhadap ibu
susuan Beliau.
Bagaimanakah
jika yang datang itu adalah ibu kandung Nabi?
Rasanya
tidak mampu kita membayangkan bagaimana perlakuan dan sikap santun yang akan
Nabi lakukan jika yang datang itu adalah ibu kandung Beliau.
Sebagai
orang yang telah mengaku umat Nabi, sejauh manakah sikap lemah lembut dan kasih
sayang yang telah kita perlihatkan kepada kedua orangtua kita?
Berapa
banyak di antara kita yang lebih mementingkan isteri dan anak dari pada kedua
orangtuanya?
Tidak
jarang manusia akhir zaman ini, malah ‘mengorbankan’
kedua orangtuanya demi kesenangan diri, isteri, dan anak-anaknya.
Sikap
mereka lemah lembut dan takut sekali
kepada isteri dan anak-anaknya, namun
galak dan kejam terhadap orangtuanya. Dan, tidak
terbayangkan betapa murkanya Allah melihat sebegitu banyaknya manusia yang
durhaka kepada orangtua mereka saat sekarang ini. Pantaslah kiranya jika azab
Allah telah datang bertubi-tubi menghantam negeri ini tanpa berkesudahan.
Rasul
ada bersabda: ”Seluruh dosa akan dibalas di
akhirat, tapi dosa karena durhaka kepada orangtua akan dibalas di dunia ini
terlebih dahulu, baru nanti di akhirat dilipatgandakan untuk balasan dosa
durhaka itu”.
Tidakkah
kita menyadarinya….?
Wallahu
A’lam bishshowab.
Semoga
kita bisa mengambil hikmah dari membaca notes ini
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note
ini bermanfaat.
0 comments: